Skip to main content

Ayah dan Ibu

Aku                  :Pak aku lelah
bapak             :Apa yang membuatmu lelah?
Aku                 :Banyak tugas pak
Bapak             :Owalla, terus bagaimana?
Aku                 :Berhenti!
Bapak             :walaupun bapak tidak pernah merasakan bangku kuliah, perjuanganmu itu masih belom seberapa dari pada perjuangan bapak untuk menyekolahkanmu. Nak kamu mau menyerah?
Aku                 :Aku tertunduk dan terdiam
Bapak          :Kalau kamu memang sudah tidak kuat, terserah kamu saja. Intinya orang tua hanya ingin melihat anaknya bahagia. Tapi coba di pikirin dulu. Ingat kembali masa-masa perjuanganmu dulu. Mimpi  yang selalu kau bawa kemana pun kau pergi.  Bapak ini walaupun cuma lulusan MI bahkan juga tidak lulus bapak juga mimpi. Bukan cuma anak-anak muda sekarang yang secara terang-terangan mengatakan mimpi mereka tapi dalam perjuangn nol. 
Aku                 :(Aku  semakin tertunduk) Mimpi bapak apa to pak?
Bapak          :Nanti kamu akan tahu ketika menjadi seorang ayah. Nak, rasa bosan letih capek itu sudah pasti dan itu adalah kewajiban. Kamu tahu artinya kewajiban?
Aku              :Iya pak?
Bapak        :Sama juga dengan mencari ilmu. Yang sudah pasti itu suatu kewajiban, Kamu lebih tahu dalilnya lah nak. Sama hal dengan apa yang kamu rasakan saat ini. Kalau kamu tidak menjalankan atau merakan kesusahan, capek, letih dll.maka kamu anggap saja berdosa. Katakan dalam hati bahwa kau kuat, pasti bisa, yaqinlah. Dulu kau sering berucap aku pengen kuliah, aku  sang pemimpi, aku pengen membangun sekolahan dll. Tapi nyatanya apa nak, jangan termakan pikiran yang akan membuatmu tenggelam dalam lautan perut. Terus berjuang. Bersyukurlah atas semua ini, anak-anak yang lain yang ingin berkuliah dengan usaha yang mungkin lebih besar dari kamu mengalami berbagai masalah baik itu materi atau immateri masih semangat untuk menggenggam mimpi kog, masa kamu yang sudah menggenggam mau melepaskan dengan seenaknya. Ayo semangat lagi. Dukungan ayah, ibu, adik, kakak, dan saudara tetangga lain akan selalu mengalir.
Alfin            :Iya pak, mungkin ini hanya setan saja yang ingin mengajakku beristirahat.


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prural

             Dalam ramainya suara manasia yang bertukar kata. Tidak pernah terpikir dalam benak mereka akan datang suatu hari istimewa dalam diri mereka. Lampu dengan sinarnya menembus retina mata yang menjadikan mata ini berhias frame mata. Tidak dapat lepas hilir mudik para pemimpi kebijakan untuk menulis dan menceritakan ide masa depan. Para kaum intelektual berkumpul beradu ketepatan untuk dehumanisasi kasat mata.              Inilah kehidupan diatas kematian orang lain, Inilah kebahagiaan di atas kesedihan orang lain, Inilah kecerdasan diatas kebodohan orang lain. Memang hidup sekarang ini kejam, siapa diam itukah yang di injak. Diam bukan lagi emas, diam bukan mutiara yang yang diagungkan. Namun banyak berucap dan cerewetlah dialah yang bertahan dalam seleksi demokasi yang tabu dan dibuat buat.             Proses menuju ke hakikian hidup semakin terkunci dengan pintu kantor yang terbuka padi dan sore. Hiasan surgawi di hiasi dengan warna warna hijau dan sekutunya. Sajadah m

Menghadang rindu

Ada sekelebat rindu yang menumpuk Dari pelapuk mata yang berlari Menahan rasa  Darimu pencipta asa Walaupun sekejap  Tak mampu ku tahan kadang Hingga meradang Bagaimana aku menghadang Rasa memang tak mudah Sampai saat ini aku percaya sungguh Pada lagu ciptaan meggy z Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati Tapi semua begitu penuh misteri tak ada yang mengerti Jalan cerita seseorang Maka kuatkan aku dalam menerima segalanya

Untuk Mu yang Pernah Mencintaiku.

Detik jarum memukul mundur masa lalu yang pernah terjadi. Memukul semakin keras hingga aku perlahan lupa dari segala peristiwa yang telah ada. Daun yang dulu pernah menjadi saksi, hingga bunga yang ku petik kala itu, nampaknya sudah kering keronta atau bahkan mati. Suara angin, manisnya senja hingga bulan di waktu malam rasanya sudah terhapus dari catatan-catatan puisi yang telah aku buat. Cepat begitu rasanya peristiwa itu terjadi. Aku dan kamu yang selalu berucap “ Selamat Pagi”, kini sudah tak ada dering dari nada ponsel. Banyak macam barang, catatan-catatan entah di meja, di kursi atau di tembok sudah tak tampak sedikitpun. Memang begitu keras waktu menjawab segalanya. Ruang yang pernah kita buat pun hampa tak berbau. Hanya lalat-lalat kecil yang beterbangan mencari bangkai bangkai binatang. Apalagi orang tua mu dan orang tua ku. Semua berharap sama. Aku dan Kamu akan duduk berdampingan hingga aku mengucapkan Qobiltu. Orang tua mu dan orang tua ku berharap sama. Aku dan Kamu be