Skip to main content

FDS

Pendidikan Indonesia dikejutkan dengan wacana Full Day School. Hal ini pastinya mendapat reaksi yang bervariasi dari masyarakat. Ada yang setuju ada juga yang menolak. Ini sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia dalam setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, pasti ada saja pro dan kontranya. Terkait dengan wacana full Day school menurut saya, setuju setuju saja namun ada beberapa system pendidikan yang harus diperbaiki. Menurut saya system pendidikan Indonesia masih terlalu berpatok pada nilai yang nantinya akan berdampak pada hilangnya akhlak para siswa. Nantinya hal ini dapat membuat berkembangnya praktik praktik KKN, Sebenarnya hal ini lah yang harus benar benar diperbaiki untuk mengurangi praktik KKN.
Ada beberapa Negara yang sudah  menerapkan full day school  seperti Singapura, Kore Selatan, China, jepang , Inggris, Amerika Serikat dan Taiwan. Namun Negara-Negara tersebut masih terkalahkan dengan system yang diterapkan oleh Negara Finlandia. Mengapa? Padahal di Finlandia hanya butuh waktu 5 jam untuk belajar di sekolah. Tentunya ini menjadi PR besar bagi Negara Negara yang ingin pendidikannya maju tak terkecuali Indonesia sendiri. Anehnya begini, kenapa Indonesia tidak meniru system yang benar benar terbaik yang menurut saya sangat mungkin dilakukan dari pada meniru melakukan full day school yang masih kalah dan agak riskan dilakukan di Indonesia?
“Jika infrastruktur dan guru saja tidak dapat dipenuhi, maka full day school akan membuat sekolah menjadi penjara karena sekolah kita tidak ramah anak," ujar Aris dalam Diskui Redaksi Kebon Sirih (Redbons) Okezone, Selasa (16/8/2016).
Itulah pernyataan salah satu tokoh komnas perlindungan anak. Aku tidak membayangkan bagaimana pikiran anak yang di kekang dalam kelas seharian. Bukan kah hal itu lebih kejam dari para buruh yang setiap harinya 8 jam perhari.
Indonesia sendiri masih mengedepankan nilai sebagai tolak ukur keberhasilan. Para siswa dipaksa harus menguasai seluruh mapel yang telah disediakan yang tentunya hal ini akan banyak membebani siswa sendiri. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki bidang sendiri-sendiri yang mereka kuasai. Tidak mungkin seekor  ikan lele harus bisa memanjat. Pastinya akan sulit. Banyak dari siswa siswi Indoneisa yang sangat terbebani dengan system pendidikan. Kita bandingkan system pendidikan Indonesia dan Finlandia. Sistem yang digunakan dalam Negara Finlandia adalah kemandirian guru dan muridnya.  Di Finlandia kemandirian dalam mengikuti proses belajar mengajar itu tidak hanya dinikmati oleh guru-gurunya yang begitu dihormati tetapi juga ditularkan kepada para pelajar melalui berbagai kesempatan-kesempatan penting. Salah satunya dimana setiap pelajar diberi otonomi khusus untuk menentukan jadwal ujiannya untuk mata pelajaran yang menurutnya sudah dia kuasai. Berbeda dengan Indonesia yang mana intervensi pemerintah begitu kuat. Karena setiap sekolah bahkan guru berkuasa penuh untuk menyusun kurikulumnya sendiri. Inilah yang masih menjadi masalah di Indonesia system pendidikan di sama ratakan. Hal ini akan berpengaruh terhadap hasil akhir karena kemampuan individu dalam setiap daerah berbeda beda kualitasnya. Untuk kelemahan kelemahan yang lain dapat dirasakan sendiri. Saya tidak ingin terlalu mengkritik system pendidikan yang berjalan.
Masalah masalah pendidikan ini semakin kompleks. Hal ini dibuktikan dengan berbagai kasus yang terjadi mulai dari kekerasan dan kejahatan yang lain. Apakah yang dihasilkan dari pendidikan Indonesia? Anak yang berani pada gurunya? Bahkan sampai berani memukulnya?
Rasanya manusia sudah terlalu berpikir frontal ataukah kurang ngaji mungkin ya. Kalau kita kembali membaca bagaimana ajaran ajaran agama mengajarkan sopan santun kepada sang guru.Cerita cerita perjalanan para ulam dalam mencari ilmu. Saya tidak memungkiri kalau sekarang ini memang zaman yang sudah edan. Manusia semakin di perbudak dengan uang. Menghalalkan segala cara untuk dapat hidup.  Dalam sebuah kitab Alala ada sebuat bait yang menjelaskan mengenai seorang guru:
Ustadzku adalah pembimbing jiwaku dan jiwa adalah bagaikan mutiara, sedangkan orang tuaku adalah pembimbing badanku dan badan bagaikan kerangnya”.
Bagaimana para ulama dahulu sangat menghormati sang guru. Bahkan antara guru dan orang tua lebih di pentingkan sang guru.
Sumber:

http://www.genibe.com/index.php/en/84-articles/56-mengapa-finlandia-memiliki-sistem-pendidikan-terbaik-di-dunia-see-more-at- 

Comments

Popular posts from this blog

Prural

             Dalam ramainya suara manasia yang bertukar kata. Tidak pernah terpikir dalam benak mereka akan datang suatu hari istimewa dalam diri mereka. Lampu dengan sinarnya menembus retina mata yang menjadikan mata ini berhias frame mata. Tidak dapat lepas hilir mudik para pemimpi kebijakan untuk menulis dan menceritakan ide masa depan. Para kaum intelektual berkumpul beradu ketepatan untuk dehumanisasi kasat mata.              Inilah kehidupan diatas kematian orang lain, Inilah kebahagiaan di atas kesedihan orang lain, Inilah kecerdasan diatas kebodohan orang lain. Memang hidup sekarang ini kejam, siapa diam itukah yang di injak. Diam bukan lagi emas, diam bukan mutiara yang yang diagungkan. Namun banyak berucap dan cerewetlah dialah yang bertahan dalam seleksi demokasi yang tabu dan dibuat buat.             Proses menuju ke hakikian hidup semakin terkunci dengan pintu kantor yang terbuka padi dan sore. Hiasan surgawi di hiasi dengan warna warna hijau dan sekutunya. Sajadah m

Menghadang rindu

Ada sekelebat rindu yang menumpuk Dari pelapuk mata yang berlari Menahan rasa  Darimu pencipta asa Walaupun sekejap  Tak mampu ku tahan kadang Hingga meradang Bagaimana aku menghadang Rasa memang tak mudah Sampai saat ini aku percaya sungguh Pada lagu ciptaan meggy z Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati Tapi semua begitu penuh misteri tak ada yang mengerti Jalan cerita seseorang Maka kuatkan aku dalam menerima segalanya

Untuk Mu yang Pernah Mencintaiku.

Detik jarum memukul mundur masa lalu yang pernah terjadi. Memukul semakin keras hingga aku perlahan lupa dari segala peristiwa yang telah ada. Daun yang dulu pernah menjadi saksi, hingga bunga yang ku petik kala itu, nampaknya sudah kering keronta atau bahkan mati. Suara angin, manisnya senja hingga bulan di waktu malam rasanya sudah terhapus dari catatan-catatan puisi yang telah aku buat. Cepat begitu rasanya peristiwa itu terjadi. Aku dan kamu yang selalu berucap “ Selamat Pagi”, kini sudah tak ada dering dari nada ponsel. Banyak macam barang, catatan-catatan entah di meja, di kursi atau di tembok sudah tak tampak sedikitpun. Memang begitu keras waktu menjawab segalanya. Ruang yang pernah kita buat pun hampa tak berbau. Hanya lalat-lalat kecil yang beterbangan mencari bangkai bangkai binatang. Apalagi orang tua mu dan orang tua ku. Semua berharap sama. Aku dan Kamu akan duduk berdampingan hingga aku mengucapkan Qobiltu. Orang tua mu dan orang tua ku berharap sama. Aku dan Kamu be