Salam
Pemimpi
“Tidak
benar jika dikatakan orang berhenti mengejar mimpi karena mereka sudah tua.
Yang benar orang orang itu menjadi tua justru karna mereka berhenti mengejar
mimpi”.
(Gabriel
Garcia Marquez)
Setelah
sekitar satu bulan mengikuti bimbingan masuk PTN, akhirnya sampailah kepada
hari yang ditunggu tunggu yakni tes Sbmptn. Saya, topung, deni, dan maarif
tesnya berda di UIN syarif Hidayatulloh. Sebelum saya masuk kedalam kelas untuk
mengikuti tes saya tersadar kepada diri saya sendiri, saya teringat kesalahan ku
kepada teman-teman ku terutama kepada deni dan topunk. Karena saat itu hati
saya tidak enak, akhirnya saya minta maaf lewat hp ( kalo ngomong langsung,
malu). Kami berempat saling menyemangati dan saling mendukung. Setelah semua
sudah lega kami pun dengan semangat membara masuk kedalam ruang kelas. Saat
mengerjakan tes ini ada hal aneh yang saya rasakan bahwa pada saat saya
mengerjakan rasanya saya di dekati orang yang mendekatiku dan memakaikan Jakun.
Saat
itu rasanya merinding bercampur keyaqinan. Sekitar 3 jam tes berlangsung
akhirnya tes pun berhenti. Saat itu kami
pun merasa sangat senang dan bangga pada diri sendiri karena telah berhasil
melewati ini. Bukan apa apa saya berjuang di sini saya mengorbankan khataman
dan pelepasan stemekolah yang mungkin menjadi suatu hal yang luar biasa bagi
temen temen ku yang di rumah. Setelah selesai melsayakan tes SBMPTN kami
melanjutkan perjuangan dengan mengikuti tes SIMAK UI.
Setelah
melewati semuanya akhirnya kami pun pulang. Saat saya mau pulang saya berucap
dengan lantang bahwa saya akan kembali ke tempat ini. Saya pulang bersama deni
dan topunk. Sedangkan munjin dan ma`arif belom bisa karena masih ada hal yang
harus dikerjakan. Kami berangkat dari pasar senen, saat itu kami merasa bahagia
rasanya kaya lepas dari penjara. Sudah tidak sabar ketemu dengan bapak ibu
dirumah dan teman-teman saya. Dalam perjalanan tidak tahu kenapa saya merasa
yaqin bahwa saya akan kembali. Saya merasa bahwa akan menjadi mahasiswa
Universitas Indonesia. Setelah sampai di kutoarjo kami pun dijemput sahabat-sahabat dari Rumah
Mimpi, rasanya luar biasa bisa bertemu dengan sahabat-sahabat yang luar
biasanya ini.
“Lokasi
lahir boleh di mana saja, tapi lokasi mimpi harus di langit”.
(Anis
Baswedan)
Dalam
nuansa ramadhan, sambil menunggu hasil Sbmptn saya dan anak-anak rumah mimpi
membuat kreasi untuk belajar mandiri yaitu dengan berjualan es buah dan makanan
rumahan Pisang coklat, walaupun tidak untung banyak tapi yang saya harapakan
adalah prosesnya. Saya bisa bercanda
riang, menikmati suasana ramadhan. Setelah beberapa hari menunggu akhirnya hari
yang ditunggu tunggu pun tiba. Sore itu di markas saya dan anak-anak rumah
mimpi kumpulbareng untuk berbuka puasa sambil melihat hasil pengumuman. Saat-saat
itu hak yang paling menyedihkan karena saya dan teman-teman harus menerima apa
yang sudah menjadi jalan kami. Saya jengkel melihat teman-teman ada yang lolos
dan ada yang belom, dalam diri saya menangis. Mengapa hal ini terjadi pada
kami? Tapi ya itulah kehidupan. Pada akhirnya tibalah giliranku untuk membuka
hasil pengumuman.Dan akhirnya saya......................
Saya
menangis, saya langsung telfon bapakku atas hasil ini, saya tidak bisa menahan
tangis atas semua yang terjadi pada saya dan teman-teman ku. Saya yaqin bahwa
ini awal untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya dan sahabat rumah mimpi semua.
“Mimpi
adalah jawaban hari ini atas pertanyaan-pertanyaan esok”
(Edgar
cayce)
Comments
Post a Comment