Waktu
itu saat suasana sore sekitar jam 15.00 ditemani dengan cerahnya sang mentari
yang diramaikan suara kawan-kawan yang sedang bercanda riang tiba tiba suasana
kelas dikagetkan dengan kedatangan sang promotor, beliau berkata” Siapa yang akan berangkat ke jakarta untuk tes
SBMPTN? Semua anak terdiam. Dengan ciri khas beliau suasana kelas menjadi
tegang. Beliau bercerita kalau ada 2 kursi untuk berangkat ke jakarta. Mungkin
dalam hati teman-teman pasti ingin ikut ke jakarta namun dengan segala
penjelasan beliau ucapkan banyak dari teman teman yang tidak sanggup.
Saat
itu dalam hatiku bercampur antara ketakutan dan kebimbangan karena ini
pertaruhan mimpi mimpi aku dan melanjutkan perjuangan kakak kakak senior untuk
meraih mimpi. Setelah beberapa menit belum ada yang bersedia sampai di hitung
oleh sang promotor, akhirnya aku memberanikan diri untuk berangkat ke jakarta.
Aku tidak sadar akan hal itu, berangkat ke jakarta bukanlah suatu yang ringan
dan bahagia. Aku harus siap mental, materi dan segala wawasan yang aku punya
untuk mempertaruhkan mimpi mimpi aku. Akhirnya oleh sang promotor aku dan Deni
yang berangkat ke Jakarta. Hal ini disaksikan oleh teman-teman dan mereka
memberikan semangat kepada kita.
Walaupun
sudah pasti aku berangkat tapi aku masih bingung dengan biaya, karena untuk
berangkat kesana butuh biaya yang tidak sedikit. Setelah itu aku pulang
kerumah, di dalam rumahpun aku dilanda ketakutan karena aku tidak berani untuk
mengungkapkan ke orang tua aku. Aku berpikir keras akan hal ini. Akhirnya
menjelang magrib saat berada diruang makan. Saat itu ada aku adik ayah dan ibu
aku berkata tentang hal itu. Aku berkata” Pak, hari senin saya berangkat
jakarta untuk mengikuti seleksi tes SBMPTN.
Saat
itu bapakku menjawab” ya udah tidak apa
apa, masalah uang nanti tak carikan( namun bapak merasa khawatir). Hal yang membuat aku terharu dan sakit adalah
ketika saat sore dalam kondisi aku mau mandi aku melihat ada seorang pedagang
kambing berada di tempat kandang bapakku. Bapakku juga sudah ada di sana. Dalam
pikiranku aku sudah bisa menebak akan hal itu, tetesan air mata tidak bisa aku
tahan. Aku melihat sendiri ketika bapakku dan pedagang kambing saling tawar
menawar. Aku melihat wajah bapak merasa kecwa denagn pedagang kambing karena
harga yang belum pas namun mau gimana lagi bapak sedang membutuhkan uang untuk
keberangkatanku.
Setelah sudah dapat persetujuan dari
bapak aku menunggu keberangkatan, tanggal keberangkatan pada tanggal 5 mei
2015. Aku berangkat dengan dengan deni dari terminal Salaman dan di antar oleh
anak anak rumah mimpi yang lain. Aku merasa sedih meningalkan ayahku yang
berlinang air mata, kediahnku semakin tidak terkendali ketika bapak berucap”
Assalamualaikum” dan aku menjawab “ waalaikumsalam”. Dalam perjalanan aku
selalu terbayang bayang tempat yang akan aku tempati yang katanya altar ilmu
sesungguhnya.
Comments
Post a Comment