Sebuah kisah datang dari anak anak
yang terkumpul dalam sebuah lembaga pendidikan membuat saya tergelitik untuk
menulis kisahnya. Kisah datang dari
sebuah sekolah baru yang berdiri diatas tanah yang dikelilingi oleh pohon pohon
kehidupan pedesaaan. Tentunya dari segala bentuk dan relief daerahnya menunjukkan bahwa daerah tersebut masih tradisional
dan jauh dari peradapan. Namun, dengan segala yang ada. Daerah tersebut mampu
berdiri sebuah lembaga pendidikan yang di namanakan MA An Nawawi Sarwodadi.
Saya sendiri pun tidak menyangka dan bahkan tidak percaya kalau ada sebuah
sekolahan dalam wilayah tersebut.
Kondisi sekolahnya pun masih sangat sederhana. Pertama kali melihat
sekolah tersebut kondisinya masih jauh dari apa yang selama ini saya ketahui
dari sebuah sekolahan. Walaupun masih sangat sederhana, harapan orang orang
yang membangun sekolah tersebut sangat luar biasa.
Sekolah tersebut di prakarsai oleh
KH. Isnudin melalui perintah dari KH. Nawawi Berjan. Sebelumnya telah berdiri
MTs di daerah tersebut. Untuk menampung siswa MTs yang sudah lulus maka di
dirikanlah sebuah lembaga pendidikan aliyah An Nawawi Sarwodadi. Bukan tanpa
kebetulan, kepala sekolah yang ditunjuk adalah Bapak Agus Sulistyo. Beliau
merupakan guru sekaligus motivator saya dalam menjalani kehidupan saya saat
ini. Beliau, KH. Isnudin dan
masyarakat di daerah tersebut terutama
warga tarekat bekerja keras
memperjuangkan berdirinya MA An Nawawi Sarwodadi. Langsung saja saya
akan menceritakan sedikit curahan hati kepada Sekolah ini.
Kisah di mulai ketika saya bersama
teman teman saya di minta untuk mengisi kegiatan orientasi siswa. Maklum saja
karena sekolahan baru jadi belum ada kakak tingkatnya. Kami diminta mengisi
selama 4 hari. Dalam 4 hari tersebut berbagai suasana kami rasakan. Dari yang
membosankan hingga yang tak terlupakan. Semua terjadi bersamaan dengan waktu
yang mampu menjawab pertanyaan kami. Tidak bingung-bingung kami membuat konsep
MOS. Karena kami merupakan anak yang bisa di bilang berangkat dari mimpi maka
kami pun berusaha memperkenalkan mereka tentang mimpi. Hal tersebut cocok
dengan harapan beliau KH. Isnudin dan Bapak Agus S. bahwa harapan mereka
terhadap MOS dan sekolahan ini adalah bagaimana mereka mampu berbangga dapat
bisa bersekolah di sekolahan tersebut.
MOS yang kami tawarkan memang sedikit
berbeda dengan MOS yang biasa
dilakukan. MOS ini tidak hanya
berisi promosi-promosi tentang infrastruktur sekolah, kegiatan
ekstrakulikuler atau yang lain. Kami bahkan bingung apa yang mau di sampaikan
dari sekolahan ini. Kondisi dari sekolahan ini saja masih singkat kalau di buat
profil dari sebuah instansi pendidikan. Dengan hal itu kami hanya memperkenlkan
dan mengajak mereka untuk bermimpi. Mimpi menjadi sangat penting bagi saya, kita,
kami dan semua. Dengan mimpi, kita dapat berbahagia membangun sebuah narasi
untuk diceritakan suatu saat nanti.
Pertama kali kami berbicara
rasanya kami tidak dihargai bahkan mereka hanya diam dan terpaku. Puluhan
bahkan ratusan kata kami keluakan tapi
belum ada respon dari mereka. Kami sempat takut apakah apa yang kami sampaikan
tidak diterima oleh mereka? Namun, kami terus maju dan pikiran pikiran negatif
itu kami buang. Hari berikutnya semangat anak anak mulai tumbuh. Mereka sudah berani
untuk mengutarakan dan menceritakan apa yang mereka harapkan dalam
kehidupannya. Kami pun merasa tercengang melihat mereka. Bagaimana cepatnya
mereka memahami apa yang kami inginkan. Memang tidak mudah untuk memahaminya.
Hal ini dikarenakan waktu yang sangat singkat untuk benar benar tahu apa yang
diharapkan. Namun, setidaknya apa yang mereka katakan akan benar terjadi suatu
saat nanti.
Saya merasa terenyuh setelah melihat
cerita cerita mereka. Memang anak anak yang bersekolah di Sekolah ini
kebanyakan adalah anak anak yang berada dalam strata kelas menengah ke bawah.
Sehingga cerita cerita yang muncul dari mereka membuat mata ini berlinang air
mata. Salah satu yang mencuri perhatian saya pribadi adalah cerita dari anak
yang bernama Yuli. Dia anak yang lahir di lereng gunung sumbing, Krawatan
tepatnya. Dia adalah anak yang tertua dari anak anak lain. Pengalaman hidup
tentang dirinya ternyata sudah meninggalkan cerita. Tidak aku ceritakan karena
keterbatasan halaman, kalau mau tahu bisa tanya sendiri ke anaknya ya. Setiap
anak memang memiliki cerita cerita masing masing. Kami tidak menekankan
seberapa manarik cerita yang telah dilalui. Yang kami tekankan adalah membuat
cerita yang lebih menarik dari sebelumnya dengan kemampaun masing masing. Kami
yakin suatu saat nanti akan terbit buku yang berisi cerita cerita ya nantinya
dapat menjadi sebuah kenangan bagi anak cucu mereka.
Masih banyak cerita yang akan saya
dan teman teman ceritakan tapi karena keterbatasan waktu maka kami hanya mampu
menceritakan sedikit tentang mereka. Apapun yang akan terjadi adalah sebuah
anugerah yang harus di jalani. Hidup ini terbatas, begitu juga sekolah maka
manfaatkan sebaik dan sebijak mungkin apa yan sudah menjadi tanggung jawab kita
sebagai manusia umumnya dan pencari ilmu khususnya. Tidak ada yang sia sia
dalam hidup ini yang sia sia adalah orang yang menyia nyiakan hidupnya.
Depok, 28 Juli 2017
semua itu berawal dari mimpi...
ReplyDeletemanusia macam kita tanp[a mimpi pasti akan mati....
bermimpilah boy....
ReplyDeletemaka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpiu itu...
(andrea hirata)
Nice bro...lanjutkan kreasi sastramu
ReplyDelete