Skip to main content

Sepenggal Cerita dari Purwodadi

Siapa yang tidak kenal dengan Gunung Kidul. Daerah yang terkenal dengan pegunungan kapur dan ombak besar ini menjadi tempat salah satu tempat pilihan untuk kegiatan Research Camp. Sudah lama saya menantikan kegiatan ini. Tepatnya di desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, kabupaten Gunung Kidul. Untuk menuju kesana dapat ditempuh melalui berbagai jalur. Hal ini di karenakan akses banyak dari akses jalan sudah bagus. Saya dan teman teman saya berangkat dengan menggunakan dua jenis kendaraan yaitu Kereta dan Bis. Keberangkatan kami di mulai dari stasiun Gambor. Pengalaman saya yang kampungan adalah ketika ini pertama kalinya saya naik kereta eksekutif. Saat perjalanan saya banyak ngobrol dengan wanita yang duduk di samping saya. Kebetulan wanita itu berasal dari Purworejo. Wanita itu berkata bahwa saat ini dia sedang menempuh pendidikan sarjanya di Univesitas Indra Prasta. Dari segi umurnya wanita ini sudah tidak muda lagi. Bahkan dia sudah menikah. Namun, dengan cerita yang diceritakan wanita ini tidak terlihat tua. Banyak pelajaran yang saya ambil dari wanita ini. Terutama dalam hal entrepreneur. Setelah saya puas mengobol saya pun mulai tertidur. Memang dari perjalanan yang di tempuh saya banyak menggunakan untuk tidur. Kurang lebih 10 jam dalam perjalanan akhirnya sampai di stasiun Tugu.  Saya dan rombongan melanjutkan perjalanan ke tujuan dengan menggunakan Bis. Saat di perjalanan saya tidak  bisa tidur dikarenakan jalan yang dilalui berkelok kelok. Gunung Kidul memang terkenal dengan relief daerah yang bergelombang. Saya juga berpikir apakah ada masyarakat di daerah ini yang banyak mengalami kemiskinan. Karena di sepanjang jalan saya melihat rumah rumah berdiri cukup kuat? Saya masih bertanya tanya tentang hal itu. Sekitar 3 jam akhirnya saya dan rombongan sampai di desa purwodadi, kecamatan tepus, Gunung Kidul.
Pertama kali sampai di Purwodadi rombongan di sambut oleh beberapa aparatur pemerintahan desa. Rombongan di sambut dengan hangat oleh mereka. Setelah beberapa saat rombongan di bagi ke beberapa kelompok. Sesuai dengan jumlah padukuhan yang di tempati maka rombongan di bagi menjadi 5 kelompok. Padukuhan yang di tempati yaitu padukuhan lowong Ombo, Cak Bohol, Ngandong, Cepogo dan Pringsanggar. Saya menempati Padukuhan Lowong Ombo bersama ke 6 teman saya yang saat ini baru datang 3 orang. Rumah yang saya tinggali berada di kadus/ dukuh Lowong Ombo. Tepatnya berada di rumah bapak Aris. Pak aris dan keluarganya menyambut dengan hangat kedatangan kami. Beliau tampat masih letih karena semalaman nonton wayang di Balai Desa. Karena sudah banyak KKN yang sering ke sini jadi bapak aris dan keluargnya sudah bisa mengenal bagaimana cara memperlakukan kami. Pak Aris tinggal bersama istri, anak serta neneknya. Dalam rumah ini kami tinggal layaknya keluarga. Untuk berinteraksi saya tidka menemukan kesulitan karena saya dapat menguasai bahasa jawa yang di pakai oleh orang orang desa Purwodadi.  Berbeda dengan teman saya yang lain. Mereka menggunakan bahasa Indonesia untuk berinteraksi dengan mereka. Kemampuan berbahasa dalam sebuah kegiatan Research Camp menjadi sangat penting. Karena dengan mengetahui bahasa mereka maka informasi informasi yang tidak tercatat dapat di ketahui. Begitu juga kedekatan untuk membaur dengan warga menjadi semakin mudah. Inilah yang perlu diperhatikan bahwa untuk melakukan kegiatan sebuah penelitian tidak boleh bermodalkan kemampuan yang di punya oleh peneliti. Namun, mampu mengikuti masyarakat yang diteliti.
Desa Purwodadi adalah salah satu desa di kabupaten Gunung Kidul yang memiliki kekayaan alam yang cukup melimpah. Daerah ini di isi oleh berbagai lahan yang mampu menghidupi para warganya. Ada daerah gunung kapur, ladang dan pantai. Daerah-daerah tersebut di manfaatkan para warga untuk  mengais rezeki. Desa Purwodadi terdapat 19 Padukuhan. Memang cukup banyak dalam kategori sebuah Desa.
Mata Pencaharian
Berdasarkan pengerahuan saya bahwa mata pencaharian masyarakat Desa Purwodadi sangatlah banyak. Utamanya adalah berladang. Berladang menjadi salah satu mata pencaharian yang banyak dilakukan masyarakat Purwodadi. Walaupun banyak masyarakat yang memiliki pekerjaan sampingan mereka tetap melakukan kegiatan berladang. Hasil ladang yang di hasilkan seperti ketela, kacang, Jagung. Selain itu masyarakat Purwodadi juga menanam padi dengan cara sawah tadah Hujan. Hasil dari mereka berladang kebanyakan di manfaatkan untuk kehidupannya sendiri. Jarang dari mereka yang menjual hasil ladang. Dalam berladang mereka menerapkan sistem tumpang sari dimana dalam satu lahan ada beberapa tanaman yang di tanam. Hal unik dari berladang masyarakat purwodadi adalah mereka hampir seharian di ladang mereka. Berangkat setelah subuh sampai menjelang maghrib. Mereka membangun semacam gubuk di ladang mereka. Makanya akan sangat sulit menemui masyarakat ketika siang hari. Selain itu, banyak masyarakat yang merantau ke daerah daerah perkotaan untuk mencari pekerjaaan. Terutama pemuda pemudanya. Makanya dari dukuh yang saya tempati ini sedikit sekali pemuda yang berada di rumah.
            Setelah pariwisata berkembang banyak dari penduduk yang bekerja di sektor ini. Sektor ini sangat banyak sekali menyerap tenaga kerja dari mulai menjadi pedagang, tukang ojek, Pemandu Snorkling, penjaga Jembatan dan panarik Gondola. Di desa Purwodadi terdapat kurang lebih 5 pantai yaitu Siung, Nglambor, Njogan, Ngitun dan Timang. Setiap pantai memiliki kecantikan dan pengelolaan masing masing. Dari beberapa pantai yang saya kunjungi pantai Timang menjadi salah satu pantai yang favorit. Ombaknya yang besar ditambah pemandangan yang luar biasa membuat saya suka pantai ini. Jembatan yang panjangnya 120 m dan Gondola yang cukup besar menambah pantai ini sering di kunjungi wisatawan asing. Dari penglihatan saya bahwa sektor pariwisata mampu memberikan kesejahteraan terhadap masyarakat. Hal tersebut tidak terlepas dari pengelolaan dari pemerintahan desa yang terus memberikan peluang kepada masyarakat untuk tetap berkreasi. Sampai saat dari 5 pantai tersebut masih sedikit sekali di pegang oleh investor. Kebanyakan dimiliki oleh pemilik yang mempunyai tanah di sekitar pantai. Sektor ekonomi Pariwisata menjadi semakin maju dengan  muncul berbagai kelompok. Kelompok-kelompok tersebut menjadi salah penyokong pariwisata di pantai gunung Kidul.  
Selama seminggu di desa Purwodadi banyak pelajaran dan pengalaman yang dapat saya petik. Pertama, masyarakat Desa Purwodadi masih sangat memegang dengan erat adat istiadat nenek moyang mereka. Mereka melakukan berbagai ritual-ritual salah satunya “Rasulan”  sebagai wujud bersih desa. Rasulan ini di lakukan setahun sekali. Selain itu, kegiatan itu di barengi dengan berbagai kegiatan seperti wayangan, karnaval dan lainnya. Gotong royong di Desa Purwodadi ini juga masih sangat kental. Berbagai kegiatan seperti sambatan dan kerja bakti masih di lakukan. Masyarakat Purwodadi juga dalam setiap ada masalah terkait dengan kegiatan kegiatan ataupun permasalahan umum masyarakat selalu berembug di masing masing Padukuhan. Inilah beberapa hal yang tercermin dari masyarakat desa Purwodadi. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya desa Purwodadi sedikit demi sedikit mampu memberikan kemakmuran kepada masyarakatnya. Dengan masyarakat yang kreatif dengan di dorong oleh pengelolaan yang baik dari aparatur desa dan pemerintah saya yakin bahwa desa Purwodadi ini akan menjadi salah satu desa percontohan desa-desa di daerah lain.

Pendidikan Masyarakat Desa Purwodadi

Berbicara masalah Pendidikan dapat dikatakan bahwa desa ini seperti desa-desa pada umumnya di Indonesia. Banyak dari masyarakat desa yang hanya lulusan SMP dan SD. Mereka yang mampu sampai ke jenjang SMA masih sedikit. Walaupun kebanyakan dari masyarakat lulusan SMP namun ada juga yang mampu menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi negeri. Mereka adalah anak anak dari orang orang yang memiliki kemampuan dalam segi ekonomi atau bidang lainnya. Di desa Purwodadi sendiri untuk ketersediaan sekolah sudah cukup bagus. 

Comments

Popular posts from this blog

Prural

             Dalam ramainya suara manasia yang bertukar kata. Tidak pernah terpikir dalam benak mereka akan datang suatu hari istimewa dalam diri mereka. Lampu dengan sinarnya menembus retina mata yang menjadikan mata ini berhias frame mata. Tidak dapat lepas hilir mudik para pemimpi kebijakan untuk menulis dan menceritakan ide masa depan. Para kaum intelektual berkumpul beradu ketepatan untuk dehumanisasi kasat mata.              Inilah kehidupan diatas kematian orang lain, Inilah kebahagiaan di atas kesedihan orang lain, Inilah kecerdasan diatas kebodohan orang lain. Memang hidup sekarang ini kejam, siapa diam itukah yang di injak. Diam bukan lagi emas, diam bukan mutiara yang yang diagungkan. Namun banyak berucap dan cerewetlah dialah yang bertahan dalam seleksi demokasi yang tabu dan dibuat buat.             Proses menuju ke hakikian hidup semakin terkunci dengan pintu kantor yang terbuka padi dan sore. Hiasan surgawi di hiasi dengan warna warna hijau dan sekutunya. Sajadah m

Menghadang rindu

Ada sekelebat rindu yang menumpuk Dari pelapuk mata yang berlari Menahan rasa  Darimu pencipta asa Walaupun sekejap  Tak mampu ku tahan kadang Hingga meradang Bagaimana aku menghadang Rasa memang tak mudah Sampai saat ini aku percaya sungguh Pada lagu ciptaan meggy z Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati Tapi semua begitu penuh misteri tak ada yang mengerti Jalan cerita seseorang Maka kuatkan aku dalam menerima segalanya

Untuk Mu yang Pernah Mencintaiku.

Detik jarum memukul mundur masa lalu yang pernah terjadi. Memukul semakin keras hingga aku perlahan lupa dari segala peristiwa yang telah ada. Daun yang dulu pernah menjadi saksi, hingga bunga yang ku petik kala itu, nampaknya sudah kering keronta atau bahkan mati. Suara angin, manisnya senja hingga bulan di waktu malam rasanya sudah terhapus dari catatan-catatan puisi yang telah aku buat. Cepat begitu rasanya peristiwa itu terjadi. Aku dan kamu yang selalu berucap “ Selamat Pagi”, kini sudah tak ada dering dari nada ponsel. Banyak macam barang, catatan-catatan entah di meja, di kursi atau di tembok sudah tak tampak sedikitpun. Memang begitu keras waktu menjawab segalanya. Ruang yang pernah kita buat pun hampa tak berbau. Hanya lalat-lalat kecil yang beterbangan mencari bangkai bangkai binatang. Apalagi orang tua mu dan orang tua ku. Semua berharap sama. Aku dan Kamu akan duduk berdampingan hingga aku mengucapkan Qobiltu. Orang tua mu dan orang tua ku berharap sama. Aku dan Kamu be