Skip to main content

10 Hari dari Mekarwaru



Sesuai dengan adat bahwa mahasiswa semester 6 harus mengambil mata kuliah MPA dan MPE. Mata kuliah tersebut bisa dibilang sebagai mata kuliah yang melelahkan tapi mengasikkan. Setelah satu semester belajar MPA dimana lebih membahas teori-teori kemudian dilanjukan dengan MPE. MPE merupakan sebuah mata kuliah yang mengajarkan mahasiswanya untuk melakukan penelitian etnografi. Nah, biasanya setting buat latihan penelitian ini berbeda namun masih dalam daerah Indramayu. Untuk angkatan saya berada di desa Mekarwaru, Indramayu, Jawa Barat.


Langsung saja saya akan membagi pengalaman selama 10 hari di Mekarwaru. Selama 10 hari saya tinggal di rumah mr. dono dan Ibu Fatimah. Mr dono adalah orang kepercayaan dari prof. Yunita. Beliau merupakan salah satu orang yang menjadi anggota sekolah tani. Sekolah tani ini merupakan proyek yang dilakukan oleh prof. Yunita bersama dengan masyarakat. Katanya sudah sejak 2008 mr. dono ikut dengan kegiatan yang dilakukan oleh prof. Yunita. Memang bisa dibilang beruntung saya dapat di rumah mr. dono yang notabene menjadi gatekeeper semua mahasiswa yang melakukan penelitian. Alasan kenapa saya dilakukan di rumah pak dono tentunya berkaitan dengan topik penelitian saya. Di rumah mr. dono saya tidak sendiri saya ditemani oleh teman saya yaitu imam, yura, dan William.
Mekarwaru merupakan salah satu wilayah di Indramayu yang terletak di perbatasan Subang. Sekitar 15 menit dengan menggunakan sepeda motor maka sudah sampai Subang. Memang tidak terlalu jauh. Hal tersebut yang menjadikan mekarwaru ini memiliki keunikan dibanding dengan wilayah Indramayu yang lain. Wilayah mekarwaru banyak dipenuhi oleh hutan jati. Hutan jati sudah sejak zaman penjajahan ditanam di wilayah ini.Namun, saat ini hutan jadi ini digunakan sebagai tempat untuk Bertani dan digunakan untuk kegiatan yang lain. Masyarakat mekarwaru mayoritas merupakan petani. Pertanian di mekarwaru terdiri dua model yaitu pertanian hamparan dan pertanian hutan. Dua model ini sebenarnya sama namun berbeda wilayah yang digarap. Kelompok tani di desa Mekarwaru cukup banyak. Kelompok tani ini menjadi sala satu alat yang digunakan untuk mengelola pertanian. Laki-laki dan perempuan yang sudah menikah biasanya menjadi petani. Bahkan juga ikut kelompok tani. Masa panen padi di desa mekarwaru hanya satu kali. Setalah panen padi biasanya ditanami kedelai. Pertanian di desa mekarwaru ini memang tergantung adanya air. Apabila terdapat air maka dapat dilakukan dua kali. Air ini diperoleh dari danau-danau bekas galian tambang. Oh ya, di mekarwaru ini banyak galian-galian tambang pasir. Tambang ini dapat dikatakan illegal. Walaupun illegal banyak dari masyarakat yang melakukan pertambangan.
Mata pencaharian di desa Mekarwaru memang cukup beragam. Bagi perempuan-perempuan yang tidak ikut pertanian. Mereka biasanya menjadi TKI keluar negeri. Hal tersebut tentunya disebabkan karena adanya faktor ekonomi. Berbicara masalah kesejahteraan, masyarakat di desa Mekarwaru bisa dibilang sejahtera. Mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Kalau dilihat dari bentuk fisk rumah, masyarakat mekarwaru bisa dibilang sebagai kelas menengah. Walaupun dengan hanya memanfaatkan pekerjaan mereka yang ada.
Ada satu cerita yang menarik dari desa mekarwaru ini yaitu berkaitan dengan perkawinan. Perkawinan di desa Mekarwaru memiliki banyak variasi. Contohnya ada pernikahan dimana ketika si istri bekerja menjadi TKI ke luar negeri, si suami menikah lagi dengan perempuan yang lain. Hal tersebut sudah biasa terjadi di Mekarwaru. Masyarakatnya yang terbuka dengan letak geografis yang mendukung untuk bepergian membuat alur informasi menjadi cepat.
Mekarwaru memang daerah yang indah. Hutan dan area persawahan telah membuat saya jatuh cinta. Suasana sore dengan merahnya matahari membuat saya rindu akan kehangatan cerita-cerita para induk semang. Tidak mudah melupakan. Saya belajar banyak atas apa yang terjadi di Mekarwaru. Bagaimana kemandirian masyarakatnya membuat tenteram atas siapapun yang melihatnya. Terima kasih mekarwaru kau telah membuat saya jatuh cinta lagi.
Cerita ini masih terpotong-potong, penulis masih pergi melakukan suaka cerita.

Comments

Popular posts from this blog

Prural

             Dalam ramainya suara manasia yang bertukar kata. Tidak pernah terpikir dalam benak mereka akan datang suatu hari istimewa dalam diri mereka. Lampu dengan sinarnya menembus retina mata yang menjadikan mata ini berhias frame mata. Tidak dapat lepas hilir mudik para pemimpi kebijakan untuk menulis dan menceritakan ide masa depan. Para kaum intelektual berkumpul beradu ketepatan untuk dehumanisasi kasat mata.              Inilah kehidupan diatas kematian orang lain, Inilah kebahagiaan di atas kesedihan orang lain, Inilah kecerdasan diatas kebodohan orang lain. Memang hidup sekarang ini kejam, siapa diam itukah yang di injak. Diam bukan lagi emas, diam bukan mutiara yang yang diagungkan. Namun banyak berucap dan cerewetlah dialah yang bertahan dalam seleksi demokasi yang tabu dan dibuat buat.             Proses menuju ke hakikian hidup semakin terkunci dengan pintu kantor yang terbuka padi dan sore. Hiasan surgawi di hiasi dengan warna warna hijau dan sekutunya. Sajadah m

Menghadang rindu

Ada sekelebat rindu yang menumpuk Dari pelapuk mata yang berlari Menahan rasa  Darimu pencipta asa Walaupun sekejap  Tak mampu ku tahan kadang Hingga meradang Bagaimana aku menghadang Rasa memang tak mudah Sampai saat ini aku percaya sungguh Pada lagu ciptaan meggy z Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati Tapi semua begitu penuh misteri tak ada yang mengerti Jalan cerita seseorang Maka kuatkan aku dalam menerima segalanya

Untuk Mu yang Pernah Mencintaiku.

Detik jarum memukul mundur masa lalu yang pernah terjadi. Memukul semakin keras hingga aku perlahan lupa dari segala peristiwa yang telah ada. Daun yang dulu pernah menjadi saksi, hingga bunga yang ku petik kala itu, nampaknya sudah kering keronta atau bahkan mati. Suara angin, manisnya senja hingga bulan di waktu malam rasanya sudah terhapus dari catatan-catatan puisi yang telah aku buat. Cepat begitu rasanya peristiwa itu terjadi. Aku dan kamu yang selalu berucap “ Selamat Pagi”, kini sudah tak ada dering dari nada ponsel. Banyak macam barang, catatan-catatan entah di meja, di kursi atau di tembok sudah tak tampak sedikitpun. Memang begitu keras waktu menjawab segalanya. Ruang yang pernah kita buat pun hampa tak berbau. Hanya lalat-lalat kecil yang beterbangan mencari bangkai bangkai binatang. Apalagi orang tua mu dan orang tua ku. Semua berharap sama. Aku dan Kamu akan duduk berdampingan hingga aku mengucapkan Qobiltu. Orang tua mu dan orang tua ku berharap sama. Aku dan Kamu be