Skip to main content

Pengharapan


Ratusan kalimat sudah aku dengarkan. Dari orang orang yang mencintai aku. Mereka berkata tentang keyakinan dan kesungguhan. Untuk lebih percaya bahwa dalam kondisi apapun jangan pernah menyerah. Mereka mengatakan dari banyak tempat dan waktu. Dari mulai siang bolong hingga malam sunyi tak berupa. Aku yakin mereka adalah yang menguatkan hingga aku masih bisa menulis di pagi ini.

Daun daun mulai tumbuh seiring datangnya hujan. Tanah mulai melunak menawarkan kesucian. Ada dan banyak dari makhluk saat ini sedang bahagia bahwa hujan telah memberi khabar. Ada sebuah pengharapan untuk hidup di masa depan. Bayang bayang kehancuran tentang dunia ini sedikit terlupakan. Oleh tawa dan canda para makhluk penghimpun dosa.

Tapi tidak dengan aku.

Aku terpeleset oleh guyuran air. Buaian suara dan dinginnya hujan telah melupakan banyak hal yang harus dicapai. Aku memanjakan mata hingga tak sanggup untuk melihat. Hanya kegelapan sepanjang nafas yang aku alami. Tak mudah memang untuk kembali bangkit.

Tapi,

Aku bukanlah robot yang sekali tertimpa batuan langsung mati tidak bisa berdiri. Aku sanggup untuk hidup. Tak kala tidak bisa berjalan aku masih bisa merangkak, ngesot hingga menggunakan apapun untuk berjalan. Aku punya hati untuk merasakan nikmat dan aku punya keyakinan untuk tetap semangat. Dan aku sanggup untuk menjalani ini semua. Tuhan, hujan mu telah menghijaukan, sinarmu telah menghidupkan dan malam mu telah menyadarkan. Bahwa nafas ini adalah sebuah perjudian.

Wonosobo, 11/11/2019

Comments

Popular posts from this blog

Prural

             Dalam ramainya suara manasia yang bertukar kata. Tidak pernah terpikir dalam benak mereka akan datang suatu hari istimewa dalam diri mereka. Lampu dengan sinarnya menembus retina mata yang menjadikan mata ini berhias frame mata. Tidak dapat lepas hilir mudik para pemimpi kebijakan untuk menulis dan menceritakan ide masa depan. Para kaum intelektual berkumpul beradu ketepatan untuk dehumanisasi kasat mata.              Inilah kehidupan diatas kematian orang lain, Inilah kebahagiaan di atas kesedihan orang lain, Inilah kecerdasan diatas kebodohan orang lain. Memang hidup sekarang ini kejam, siapa diam itukah yang di injak. Diam bukan lagi emas, diam bukan mutiara yang yang diagungkan. Namun banyak berucap dan cerewetlah dialah yang bertahan dalam seleksi demokasi yang tabu dan dibuat buat.             Proses menuju ke hakikian hidup semakin terkunci dengan pintu kantor yang terbuka padi dan sore. Hiasan surgawi di hiasi dengan warna warna hijau dan sekutunya. Sajadah m

Menghadang rindu

Ada sekelebat rindu yang menumpuk Dari pelapuk mata yang berlari Menahan rasa  Darimu pencipta asa Walaupun sekejap  Tak mampu ku tahan kadang Hingga meradang Bagaimana aku menghadang Rasa memang tak mudah Sampai saat ini aku percaya sungguh Pada lagu ciptaan meggy z Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati Tapi semua begitu penuh misteri tak ada yang mengerti Jalan cerita seseorang Maka kuatkan aku dalam menerima segalanya

Untuk Mu yang Pernah Mencintaiku.

Detik jarum memukul mundur masa lalu yang pernah terjadi. Memukul semakin keras hingga aku perlahan lupa dari segala peristiwa yang telah ada. Daun yang dulu pernah menjadi saksi, hingga bunga yang ku petik kala itu, nampaknya sudah kering keronta atau bahkan mati. Suara angin, manisnya senja hingga bulan di waktu malam rasanya sudah terhapus dari catatan-catatan puisi yang telah aku buat. Cepat begitu rasanya peristiwa itu terjadi. Aku dan kamu yang selalu berucap “ Selamat Pagi”, kini sudah tak ada dering dari nada ponsel. Banyak macam barang, catatan-catatan entah di meja, di kursi atau di tembok sudah tak tampak sedikitpun. Memang begitu keras waktu menjawab segalanya. Ruang yang pernah kita buat pun hampa tak berbau. Hanya lalat-lalat kecil yang beterbangan mencari bangkai bangkai binatang. Apalagi orang tua mu dan orang tua ku. Semua berharap sama. Aku dan Kamu akan duduk berdampingan hingga aku mengucapkan Qobiltu. Orang tua mu dan orang tua ku berharap sama. Aku dan Kamu be