Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2020

Kantong Permintaan

Gerusan tanah menderu Berbisik sakit di petang yang gelap Ada rasa yang bergumam Memanggil nafsu untuk kembali memikirkannya Kisah yang tercatat dalam angan Memang cukup lama aku istirahatkan Hati yang seharusnya kau miliki Namun aku meminta maaf Selama aku tidak kau sebut Jangan harap aku menderu mengucap sayang Bukan masanya aku memaksa Aku sudah kanan sekanan kanannya Mempersilahkan keyakinan mu untuk menghadap Bertemu menemukan jalan Menggapai ridho yang diidamkan Namun, kalau pun kau capek Beristirahatlah Aku akan diam sampai kau berjalan kembali Air akan terus mengalir Begitu pun aku. Akan selalu ada bahkan siaga. Depok. 29/02/2020

Penggalan Waktu

Sebuah hasil memang tidak ada yang menyangka. Ada banyak langkah yang mungkin tidak dilihat oleh orang orang disekelilingnya. Usaha yang tak kenal lelah hingga mungkin hidupnya habis untuk menghirup kegigihan. Tidak ada kebahagiaan bagi mereka sebelum ada usaha. Memantaskan diri untuk mengklaim kemenangan adalah satu hal yang utama. Bukan menang karena faktor luck apalagi karena kecelakaan. Sudah banyak cerita memang, tentang orang orang hebat yang tumbuh dari hidup yang keras. Disiplin menjadi kunci untuk melangkah, fokus menjadi petunjuk untuk berjalan dan menerima menjadi satu hal yang tidak dapat ditinggalkan. Semua telah terumuskan dalam pikiran logik yang disepakati oleh kaum-kaum positivis. Tidak ada yang menyangkal, mungkin kalau pun ada mereka kaum kaum kalah yang menyalahkan segala yang menggagalkan rencananya. Tidak mudah memang hidup di zaman ini. Hampir segala petuah petuah yang diajarkan waktu kecil telah tergerus dengan logika picik kapitalis. Mengangkang selu

Malam Sebelum Kepulangan

Ada banyak hal berbeda yang aku tuju di sini. Walaupun masih sama tentang apa yang aku hadapi. Semua begitu cepat berjalan hingga aku tidak tahu sekarang ini hari apa. Selalu yang aku ingat adalah pulang dan pergi. Pulang membawa harapan pergi meninggalkan kenangan. Menjadi manusia setengah dewasa memang sangatlah sakit. Sudah seharusnya tapi belum menjadi yang seharusnya. Semua serba ngawang. Hanya berpijak pada detik waktu yang mengantarkan mata menutup hingga terbuka. Kasih orang orang dekat begitu berharga. Sapaan, teguran, kritikan hingga usapan begitu membangkitkan. Aku mungkin manusia serba kemugkinan. Mungkin, mungkin dan mungkin. Tuhan mantapkan hamba dalam setiap merasa. Satukan pikiran, perkataan hingga menemukan noktah yang menghentikan. Langkah langkah mimpi anak desa yang keluar dari peradapan aslinya. Kepulangan ini bukanlah yang aku dambakan. Pulang penuh kekhawatiran namun juga perasaan yang tidak ingin kembali kesebuah kepergian. Depok (Semoga menjadi kenanga

Renungan Pagi

Malam ini ada harapan baru yang aku tuju. Aku sadar akau adalah manusia lembek, cengeng, lemah dan sangat lemah. Orang bilang aku adalah orang yang tidak mempunyai mimpi walaupun aku mendeklarasikan sebagai seorang pemimpi yang katanya juga belum realistis. Mungkin perkataan itu tidak salah, aku memang lambat dalam berbagai kesempatan yang ada. Hingga mungkin banyak kekecewaan orang terhadap hidup ku. Aku berterima kasih kepada manusia manusia yang lain hingga detik ini masih mengkhawatirkan keberadaanku.  Malam ini aku banyak belajar dari seorang Mark Zuckerberg. Upayanya untuk mendirikan Facebook tidaklah mudah. Aku masih sangat kalah dengan dia dari banyak opportunity yang ada. Terima kasih kau telah menginspirasi hingga pagi ini yang harusnya aku terlelap juga belum menemukan mimpiku. Dari semua yang ada, hingga dari pagi sampai pagi ini banyak pelajaran yang dapat aku ambil. "Persetan dengan semua hal, omongan orang dan tantangan yang ada. Anda adalah orang

Renungan Malam Rabu

Memang waktu tidak bisa disalahkan. Apalagi orang lain. Mereka punya kuasa masing masing yang tidak dapat aku ganggu. Mereka berada di kuasa mereka sendiri dengan segala kekuatannya. Penting memang untuk mengerti satu sama lain dengan berkhusnudzon ketika semua gagal paham. Hanya diri aku sendiri yang mampu merasa, memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.  Harapan selalu ada, mungkin hanya waktu saja yang menjadi ketakutan. Menjadi manusia kuat memang tidak sembarangan layaknya membuang sampah. Mengayunkan tangan seolah olah itu tidak ada bahayanya. Begitu juga manusia, ada kesombongan, kedzaliman, kedustaan yang sudah ada sejak mereka dalam genggaman perut ibu.  Dalam sebuah kesempurnaan pastilah ada ketidaksempurnaan. Apalagi dalam sebuah perjuangan pastilah ada sebuah pengorbanan. Pengorbanan yang menemani entah diri sendiri atau orang lain. Semua ada di dalam rasa jiwa dan prasangka pikir. Hanya kita yang mampu membuat lega dan menerima. Tidak ada yang lain. K