Skip to main content

Renungan Malam Rabu

Memang waktu tidak bisa disalahkan. Apalagi orang lain. Mereka punya kuasa masing masing yang tidak dapat aku ganggu. Mereka berada di kuasa mereka sendiri dengan segala kekuatannya. Penting memang untuk mengerti satu sama lain dengan berkhusnudzon ketika semua gagal paham. Hanya diri aku sendiri yang mampu merasa, memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya. 

Harapan selalu ada, mungkin hanya waktu saja yang menjadi ketakutan. Menjadi manusia kuat memang tidak sembarangan layaknya membuang sampah. Mengayunkan tangan seolah olah itu tidak ada bahayanya. Begitu juga manusia, ada kesombongan, kedzaliman, kedustaan yang sudah ada sejak mereka dalam genggaman perut ibu. 

Dalam sebuah kesempurnaan pastilah ada ketidaksempurnaan. Apalagi dalam sebuah perjuangan pastilah ada sebuah pengorbanan. Pengorbanan yang menemani entah diri sendiri atau orang lain. Semua ada di dalam rasa jiwa dan prasangka pikir. Hanya kita yang mampu membuat lega dan menerima. Tidak ada yang lain.

Kuncinya mungkin yakin dan percaya. Tuhan mengatur sedemikian rupa supaya hambanya mampu mengerti bagaimana caranya menjadi manusia. Manusia yang benar benar menjiwai sebagai manusia. Hingga lupa bahwa dirinya pernah tinggal di dunia yang banyak orang merasa bahwa akan di sini selama lamanya.

Comments

  1. mungkin yakin dan percaya. bukan mungkin lagi, tapi memang itu kuncinya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prural

             Dalam ramainya suara manasia yang bertukar kata. Tidak pernah terpikir dalam benak mereka akan datang suatu hari istimewa dalam diri mereka. Lampu dengan sinarnya menembus retina mata yang menjadikan mata ini berhias frame mata. Tidak dapat lepas hilir mudik para pemimpi kebijakan untuk menulis dan menceritakan ide masa depan. Para kaum intelektual berkumpul beradu ketepatan untuk dehumanisasi kasat mata.              Inilah kehidupan diatas kematian orang lain, Inilah kebahagiaan di atas kesedihan orang lain, Inilah kecerdasan diatas kebodohan orang lain. Memang hidup sekarang ini kejam, siapa diam itukah yang di injak. Diam bukan lagi emas, diam bukan mutiara yang yang diagungkan. Namun banyak berucap dan cerewetlah dialah yang bertahan dalam seleksi demokasi yang tabu dan dibuat buat.             Proses menuju ke hakikian hidup semakin terkunci dengan pintu kantor yang terbuka padi dan sore. Hiasan surgawi di hiasi dengan warna warna hijau dan sekutunya. Sajadah m

Menghadang rindu

Ada sekelebat rindu yang menumpuk Dari pelapuk mata yang berlari Menahan rasa  Darimu pencipta asa Walaupun sekejap  Tak mampu ku tahan kadang Hingga meradang Bagaimana aku menghadang Rasa memang tak mudah Sampai saat ini aku percaya sungguh Pada lagu ciptaan meggy z Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati Tapi semua begitu penuh misteri tak ada yang mengerti Jalan cerita seseorang Maka kuatkan aku dalam menerima segalanya

Untuk Mu yang Pernah Mencintaiku.

Detik jarum memukul mundur masa lalu yang pernah terjadi. Memukul semakin keras hingga aku perlahan lupa dari segala peristiwa yang telah ada. Daun yang dulu pernah menjadi saksi, hingga bunga yang ku petik kala itu, nampaknya sudah kering keronta atau bahkan mati. Suara angin, manisnya senja hingga bulan di waktu malam rasanya sudah terhapus dari catatan-catatan puisi yang telah aku buat. Cepat begitu rasanya peristiwa itu terjadi. Aku dan kamu yang selalu berucap “ Selamat Pagi”, kini sudah tak ada dering dari nada ponsel. Banyak macam barang, catatan-catatan entah di meja, di kursi atau di tembok sudah tak tampak sedikitpun. Memang begitu keras waktu menjawab segalanya. Ruang yang pernah kita buat pun hampa tak berbau. Hanya lalat-lalat kecil yang beterbangan mencari bangkai bangkai binatang. Apalagi orang tua mu dan orang tua ku. Semua berharap sama. Aku dan Kamu akan duduk berdampingan hingga aku mengucapkan Qobiltu. Orang tua mu dan orang tua ku berharap sama. Aku dan Kamu be