Aku tidak tahu bagaimana perasaan ku saat ini. Kabur tak melihat apa yang seharusnya menjadi kenikmatan. Semua begitu enak berjalan seperti biasanya. Aku mulai terbiasa dengan suasana seperti ini. Ada tawaran untuk mengisi pun masih saja aku pertimbangkan matang matang. Bukan aku menolak tapi aku menjaga kesucianmu. Bukan maksud aku najis atau gimana melainkan tidak sepantasnya kau berada di dekat ku. Saat ini mungkin aku hanya akan menjadi bebanmu saja. Berat dan memberatkan setiap jengkal pikiran yang berjalan. Sudah sepantasnya kau berada di zona orang-orang yang mapan akan pikiran. Jangan mendekat dulu sebelum kau memang benar benar siap. Ya walaupun aku merasa ada penyesalan yang berlebih atas apa yang sebenarnya terjadi.
Hari-hari aku cumbui, ku lipat ke kanan dan ke kiri. Masih belum ada juga kabar tentang kau. Kau yang hampir selalu aku rindukan sapaan hai pertamamu hingga kau mengucapkan good bay di akhir bicara. Memang semua itu hanya ilusi belaka, itulah gambaran yang memang aku inginkan.
Hari-hari aku cumbui, ku lipat ke kanan dan ke kiri. Masih belum ada juga kabar tentang kau. Kau yang hampir selalu aku rindukan sapaan hai pertamamu hingga kau mengucapkan good bay di akhir bicara. Memang semua itu hanya ilusi belaka, itulah gambaran yang memang aku inginkan.
Memang untuk saat ini semua itu hanya angan biasa. Hanya noktah hitam yang menempel pada kelopak mata yang tidak bisa aku sentuh. Terkadang sedikit banyak kau memberikan pekerjaan rumah tentang senyum ku yang semakin aneh ketika melihat mu. Dari wajahmu terkadang aku melihat bayangan cerah tak berupa. Aku bisa melihat dengan mata batin tapi tak mampu aku memegang. Aku juga bisa menerawang sifat tapi tak mampu aku buktikan. Hingga aku benar benar mampu melihat manisnya senyummu tapi tak mampu aku balas.
Comments
Post a Comment