Skip to main content

Pagi Bersama Bapak #1

Selamat Pagi Teman Teman

Dalam dekapan pelapuk yang kian mengatup

Beterbangan muka kalian membayangi

Malam yang seharusnya aku lekas berbaring

 

Di pagi ini, aku sampaikan

Secarik tetesan air mata malam rabu kemarin

Banyak hal yang tidak aku duga

Bahwa sebenarnya dunia terkadang memberatkan

 

Untuk yang sedang berbahagia pagi ini

Berbahagialah secepatnya, melangkah dan langkahkan

Jejak jejak kaki yang akan menguatkan

Kalimat yang akan disampaikan ke orang tua nantinya.


Untuk yang bersedih di hari ini

Jangan kau tutupi, pelupuk matamu telah berbicara

Tanah pun tidak lupa mengabarkan

Ada berapa orang yang harusnya menangis pagi ini

 

Namun, jangan tampakkanlah

Dosa, dosa, dosa

Tersenyumlah, kita memang miskin namun jangan tampakkan

Kita memang kaya dan jangan tampakkan

 

Teman, ada teman yang namanya bahagia dan sedih

Aku tidak tahu apakah bahagia juga mengalami sedih

Begitu juga sebaliknya

Tapi aku tahu, semua bisa terjadi.


Bahwa apa yang dapat dihitung tidak semua dapat diperhitungkan

Begitu juga yang diperhitungkan tidak dapat dihitung

Albert Enstein

Kata Arai dalam trilogy laskar pelangi.

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Prural

             Dalam ramainya suara manasia yang bertukar kata. Tidak pernah terpikir dalam benak mereka akan datang suatu hari istimewa dalam diri mereka. Lampu dengan sinarnya menembus retina mata yang menjadikan mata ini berhias frame mata. Tidak dapat lepas hilir mudik para pemimpi kebijakan untuk menulis dan menceritakan ide masa depan. Para kaum intelektual berkumpul beradu ketepatan untuk dehumanisasi kasat mata.              Inilah kehidupan diatas kematian orang lain, Inilah kebahagiaan di atas kesedihan orang lain, Inilah kecerdasan diatas kebodohan orang lain. Memang hidup sekarang ini kejam, siapa diam itukah yang di injak. Diam bukan lagi emas, diam bukan mutiara yang yang diagungkan. Namun banyak berucap dan cerewetlah dialah yang bertahan dalam seleksi demokasi yang tabu dan dibuat buat.             Proses menuju ke hakikian hidup semakin terkunci dengan pintu kantor yang terbuka padi dan sore. Hiasan surgawi di hiasi dengan warna warna hijau dan sekutunya. Sajadah m

Menghadang rindu

Ada sekelebat rindu yang menumpuk Dari pelapuk mata yang berlari Menahan rasa  Darimu pencipta asa Walaupun sekejap  Tak mampu ku tahan kadang Hingga meradang Bagaimana aku menghadang Rasa memang tak mudah Sampai saat ini aku percaya sungguh Pada lagu ciptaan meggy z Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati Tapi semua begitu penuh misteri tak ada yang mengerti Jalan cerita seseorang Maka kuatkan aku dalam menerima segalanya

Untuk Mu yang Pernah Mencintaiku.

Detik jarum memukul mundur masa lalu yang pernah terjadi. Memukul semakin keras hingga aku perlahan lupa dari segala peristiwa yang telah ada. Daun yang dulu pernah menjadi saksi, hingga bunga yang ku petik kala itu, nampaknya sudah kering keronta atau bahkan mati. Suara angin, manisnya senja hingga bulan di waktu malam rasanya sudah terhapus dari catatan-catatan puisi yang telah aku buat. Cepat begitu rasanya peristiwa itu terjadi. Aku dan kamu yang selalu berucap “ Selamat Pagi”, kini sudah tak ada dering dari nada ponsel. Banyak macam barang, catatan-catatan entah di meja, di kursi atau di tembok sudah tak tampak sedikitpun. Memang begitu keras waktu menjawab segalanya. Ruang yang pernah kita buat pun hampa tak berbau. Hanya lalat-lalat kecil yang beterbangan mencari bangkai bangkai binatang. Apalagi orang tua mu dan orang tua ku. Semua berharap sama. Aku dan Kamu akan duduk berdampingan hingga aku mengucapkan Qobiltu. Orang tua mu dan orang tua ku berharap sama. Aku dan Kamu be