Skip to main content

Pagi Bersama Bapak #2

Teman teman ku
Masa muda masa yang berapi api 
Begitu juga darah muda, darahnya para remaja
Kata bang haji rhoma 

Tumbuhkanlah asa sekuat mungkin
Seperti tokoh-tokoh besar sang penggubah
Bumi yang duhulunya hijau
Berubah warna layaknya upload an feed sosial teman teman

Karl Mark dengan komunisnya 
Sejenak mengagumkan bagi kaum pemberontak
Walaupun ada saat
Hanya tinggal buku dan nama

Begitu juga Hitler dengan Fasisnya
Ditambah lagi bangkitnya Chauvinisme
Hingga jutaan nyawa
Dipenggal sesaat sebelum waktunya

Akhirnya semua usai 
Datangnya liberalisme mengubah cara pandang
Adam Smith, John Lock beserta para filsuf membumbui
Terikatnya imagined community dari Benedict Anderson

Apa yang seharusnya dan seharusnya siapa
Mengemuka menampar monarki monarki yang ada
Namun tetap saja, Oligarki tetap menguat
mengobrak abrik bumi dan manusianya

Teman teman kenalkah dengan mereka?
Seharusnya sudah
Tapi apalah daya, mengenal diri sendiri aja susah
Apalagi mereka para pencerah

Tapi tak apa
Di sini, di tanah ini, di sidadi
Semua terbuka untuk saling mengisi
Tak hanya mengenal diri tapi mereka para pendiri

Cukup sudah untuk berfikir fakir
Teman teman punya hak tindak
Mata yang selalu menyala
Ajaklah bicara dengan tinta hasil produk china

Comments

Popular posts from this blog

Prural

             Dalam ramainya suara manasia yang bertukar kata. Tidak pernah terpikir dalam benak mereka akan datang suatu hari istimewa dalam diri mereka. Lampu dengan sinarnya menembus retina mata yang menjadikan mata ini berhias frame mata. Tidak dapat lepas hilir mudik para pemimpi kebijakan untuk menulis dan menceritakan ide masa depan. Para kaum intelektual berkumpul beradu ketepatan untuk dehumanisasi kasat mata.              Inilah kehidupan diatas kematian orang lain, Inilah kebahagiaan di atas kesedihan orang lain, Inilah kecerdasan diatas kebodohan orang lain. Memang hidup sekarang ini kejam, siapa diam itukah yang di injak. Diam bukan lagi emas, diam bukan mutiara yang yang diagungkan. Namun banyak berucap dan cerewetlah dialah yang bertahan dalam seleksi demokasi yang tabu dan dibuat buat.             Proses menuju ke hakikian hidup semakin terkunci dengan pintu kantor yang terbuka padi dan sore. Hiasan surgawi di hiasi dengan warna warna hijau dan sekutunya. Sajadah m

Menghadang rindu

Ada sekelebat rindu yang menumpuk Dari pelapuk mata yang berlari Menahan rasa  Darimu pencipta asa Walaupun sekejap  Tak mampu ku tahan kadang Hingga meradang Bagaimana aku menghadang Rasa memang tak mudah Sampai saat ini aku percaya sungguh Pada lagu ciptaan meggy z Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati Tapi semua begitu penuh misteri tak ada yang mengerti Jalan cerita seseorang Maka kuatkan aku dalam menerima segalanya

Untuk Mu yang Pernah Mencintaiku.

Detik jarum memukul mundur masa lalu yang pernah terjadi. Memukul semakin keras hingga aku perlahan lupa dari segala peristiwa yang telah ada. Daun yang dulu pernah menjadi saksi, hingga bunga yang ku petik kala itu, nampaknya sudah kering keronta atau bahkan mati. Suara angin, manisnya senja hingga bulan di waktu malam rasanya sudah terhapus dari catatan-catatan puisi yang telah aku buat. Cepat begitu rasanya peristiwa itu terjadi. Aku dan kamu yang selalu berucap “ Selamat Pagi”, kini sudah tak ada dering dari nada ponsel. Banyak macam barang, catatan-catatan entah di meja, di kursi atau di tembok sudah tak tampak sedikitpun. Memang begitu keras waktu menjawab segalanya. Ruang yang pernah kita buat pun hampa tak berbau. Hanya lalat-lalat kecil yang beterbangan mencari bangkai bangkai binatang. Apalagi orang tua mu dan orang tua ku. Semua berharap sama. Aku dan Kamu akan duduk berdampingan hingga aku mengucapkan Qobiltu. Orang tua mu dan orang tua ku berharap sama. Aku dan Kamu be